Minggu, 01 Desember 2013

Batik Padang

Batik Padang


Di Padang, batiknya yang terkenal bernama batik tanah liek/tanah liat. Dinamakan demikian karena dalam proses pewarnaannya, batik ini dicelupkan ke dalam tanah liat. Namun, seiring dengan permintaan pasar, batik tanah liek ini tidak hanya berwarna cokelat saja. Batik ini pada akhirnya juga diwarnai menggunakan sumber-sumber pewarna alam lainnya. Sebut saja seperti kulit jengkol, kulit rambutan, gambir, kulit mahoni, dan lain-lain. Bahannya pun ada yang terbuat dari katun ataupun sutera. Motifnya juga bermacam-macam antara lain tumbuhan merambat atau akar berdaun, keluk daun pakis, pucuk rebung, dan lain-lain.
Ini dia beberapa motif dari batik Tanah Liek:

Motif batik Samarinda

Motif batik Samarinda

Jika di tanya, apa yang membuat batik Samarinda mudah di kenali? jawabannya adalah, karena batik samarinda memiliki kombinasi warna yang cukup mencolok di padu dengan motif lain yang lumayan penuh. Namun yang paling mencolok adalah nuansa etnis sangat kental sekali, misal motif tameng,rumah dan perahu.

Batik Bandung


Batik Bandung 

 


Menghabiskan weekend dengan jalan-jalan ataupun berbelanja memang tak ada salahnya, apalagi untuk menghilangkan kejenuhan selama bekerja. Dan bisa jadi pilihan sahabat Fitinline adalah menjelajahi kota Bandung. Kota Bandung memiliki beberapa sebutan yaitu Kota Kembang dan juga Paris Van Java. Di Bandung juga terdapat tempat wisata yang asyik dan menyenangkan untuk dikunjungi. Bagi anda pecinta batik, di Bandung juga terdapat sentra kerajinan batik. Batik Bandung memiliki motif serta keunikan yang berbeda dengan batik dari daerah lain. Batik Bandung memiliki beberapa jenis menurut tempat asal pembuatannya yaitu Batik Kota Bandung, Batik Kabupaten Bandung, dan Batik Kabupaten Bandung Barat.
Pada zaman sebelum kemerdekaan, Batik Bandung dibuat oleh para perajin di sekitar pinggiran sungai Cikapundung. Namun pada saat ini penginggalannya sudah tidak tersisa. Saat ini batik Bandung berkembang dan lebih mengedepankan desain kontemporer dan modern, mengingat Bandung sebagai kota kreatif. Namun ada pula beberapa motif kedaerahan yang pernah dikembangkan. Ada beberapa daerah pengembangan Batik Bandung, diantaranya berada di daerah Cigadung, yakni daerah dekat Taman Makam Pahlawan Cikutra. Di daerah ini ada beberapa tokoh yang berkiprah dalam pengembangan batik Jawa Barat. Adapula industri kerajinan batik yang berada di daerah Sarijadi dan Bojong Koneng.

Batik Bandung Motif Patrakomala Cangkurileung
Batik Bandung Motif Patrakomala Cangkurileung

Batik Bandung Binari Kawung
Batik Bandung Binari Kawung


Motif-motif batik Bandung berkaitan erat dengan kerajaan Pajajaran. Konon dalam naskah kuno Siksa Kanda Ing Karesian, telah dikenal berbagai motif batik di Rakean Darma siksa (1175-1297). Motif-motif batiknya antara lain motif Ragen Penganten, Kampuh Jayati, dan lain sebagainya. Namun motif-motif ini hilang bersamaan dengan lenyapnya kerajaan Pakuan Pajajaran sekitar tahun 1579. Ada beberapa motif yang berhasil direka ulang, yakni motif Ragen Penganten, kembang Muncang Jayanti, dan Banyak Ngantrang, yang kemudian dikenal sebagai motif batik Pakuan Pajajaran. Motif-motif inilah yang diterapkan pada Batik Kabupaten Bandung.

Batik Bandung Motif Jalak Harupat
Batik Bandung Motif Jalak Harupat


Batik Bandung Ragen Panganten
Ada beberapa wilayah dimana batik khas Kabupaten Bandung Barat berkembang, salah satunya adalah batik Lembang. Batik Lembang muncul di daerah kayu ambon pada tahun 2007 atas prakarsa salah seorang kolektor batik. Pada awalnya daerah ini hanya menjual batik dari berbagai daerah, lambat laun daerah ini memproduksi batik dengan motif sendiri yang tersinspirasi dari kearifan tanah Lembang. Saat ini ada beberapa motif yang dikembangkan antara lain motif kenanga, bintang, boscha, papatong pucuk teh, kawung stroberi, dan pinus.

Batik Semarangan

 Batik Semarangan




Kota Semarang dikenal dengan sebutan kota atlas, yaitu sebagai pusat kota dan ibukota Jawa Tengah. Tak banyak yang tau, jika di kota ini juga menghasilkan kerajinan batik. Batik Semarang biasa disebut dengan Batik Semarangan. Sejak zaman Belanda, di kampung Rejomulyo sudah terdapat pengrajin batik, namun pada zaman Jepang, kampung ini sempat terbakar. Pada tahun 1980 embrio sentra batik tumbuh dan berkembang kembali di lokasi kampung Batik Semarang. Di dalam sentra tersebut tumbuh sekitar 15 sampai 20 perajin batik. Selanjutnya dalam pembinaan terhadap industri kecil batik, untuk mengantipasi pencemaran yang ada, sentra batik di kampung batik dipindahkan ke lokasi Desa Cangkiran Kecamatan Mijen. Ternyata oleh karena usia para perajin yang semakin tua, industri batik di desa Cangkiran Kecamatan Mijen tidak berkembang. Industri batik tersebut hilang, hingga pada tahun 2006, industri batik di kampung ini mulai dibangun kembali. Pembinaan, lebih secara teknis mengenai dasar cara pembuatan, gambar, pewarnaan, pencelupan warna natural alam, sampai menimba ilmu dengan magang ke lokasi industri batik di kota batik seperti Jogja, Solo maupun Pekalongan. Tahun 2007, dimulai sebuah seminar tentang batik berfokus pada pembahasan apa dan bagaimana motif atau corak ragam hias batik Semarang.

motif motif batik surabaya

Batik Surabaya Motif Ikan Sura dan Buaya

Batik Surabaya Motif Ikan Sura dan Buaya

Batik Surabaya terinspirasi dari latar belakang sejarah dan simbol Surabaya. Misal, batik motif semanggi, dimana semanggi merupakan makanan khas Surabaya yang keberadaannya kini mulai punah. Batik Semanggi yang berwarna hijau cerah akan sangat cocok jika dipadukan dengan warna-warna cerah lain seperti merah, biru dan warna lainnya.
Batik Surabaya Motif Semanggi
Batik Surabaya Motif Semanggi

Selain daun semanggi, motif kapal juga menjadi motif khas Surabaya. Seperti motif Ujung Galuh yang proses pembuatannya diambil dari cerita Ujung Galuh. Dimana saat itu, Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit bertempur dengan tentara Tar-Tar di sungai Kalimas yang bermuara di Ujung Galuh. Ujung Galuh sendiri merupakan cikal bakal kota Surabaya. Selain itu, ada juga motif Cheng Ho yang terinspirasi kapal yang digunakan Laksamana Chengho yang pernah mampir di sungai Kalimas Surabaya.
Batik Surabaya Motif Ikan Sura dan Buaya
Batik Surabaya Motif Ikan Sura dan Buaya


Batik Surabaya motif Sawunggaling, motif ini berasal dari kisah Joko Berek yang suka adu ayam, Joko Berek sendiri adalah nama asli Sawunggaling. Motif ini menggambarkan ayam jago dengan paduan warna-warna modern seperti ungu, Osaka atau warna-warna lain yang jarang ada di pasaran.
Batik Surabaya Motif Sawunggaling
Batik Surabaya Motif Sawunggaling


Batik Surabaya Motif Sawunggaling
Batik Surabaya Motif Sawunggaling


Selain batik tersebut, ada lagi satu batik khas kota Pahlawan yang cukup dikenal yakni batik Mangrove (bakau) atau yang lebih dikenal dengan batik “SeRU” (Seni batik Mangrove Rungkut). Munculnya batik ini berawal dari keprihatinan warga di Wisma Kedung Asem Surabaya atas rusaknya lingkungan yang ada di kawasan konservasi pantai Timur Surabaya. Dimana, banyak sekali tanaman Mangrove yang ditebang secara liar oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Selain merusak lingkungan, banyak satwa yang terancam dan bahkan sering terjadi abrasi dan erosi di sekitar pantai. Desain batik mangrove sendiri murni mengadopsi jenis-jenis mangrove yang hidup di rawa-rawa sekitar pantai Wonorejo. Warna yang dipilih adalah warna-warna cerah. Meski ada pengaruh dari batik Madura, namun batik mangrove punya kekhasan sulur-sulur mangrovenya dan selalu dalam bentuk batik tulis, bukan batik cap atau printing.
Batik Mangrove
Batik Mangrove


Surabaya juga memiliki kampung batik yang terletak Tambak Dukuh Timur. Kampung Batik Surabaya tidak hanya membuka usahanya untuk membuat dan menjual kain dan baju batik, tetapi juga memperkenalkan batik secara luas kepada masyarakat. Kampung Batik Surabaya membuka kesempatan bagi masyarakat yang memiliki keinginan untuk membuat batik.

Batik Surabaya

Batik Surabaya 

 


Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur, yang juga merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Selain sebagai kawasan industri dan perdagangan, kota ini juga menyimpan ragam keindahan batik dengan motif yang khas. Batik Surabaya memang tak seperti batik dari daerah lain yang bisa ditelusuri jejak sejarah perkembangan batiknya. Batik Surabaya agak susah karena memang dulunya adalah daerah transit untuk perdagangan. Sekilas, batik Surabaya memang tidak berbeda dengan batik kebanyakan seperti batik Madura atau Batik Kenongo asal Sidoarjo. Namun, jika diamati secara detail maka akan tampak perbedaannya. Desain batik khas Surabaya memiliki konsep warna yang kuat dan berani seperti gambaran orang Surabaya yang berani dan kuat. Batik surabaya memiliki ciri khas seperti, motif Kembang Semanggi, Ayam Jago dalam legenda Sawunggaling, perahu khas Surabaya, serta ikan Sura dan Buaya. Banyak juga Batik Surabaya yang sudah teralkuturasi oleh nuansa-nuansa pecinan.

Batik Blora


Batik Blora

Kabupaten Blora merupakan sebuah kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Sekitar 127 km sebelah timur Semrang. Berada di bagian timur Jawa Tengah, Kabupaten Blora berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Blora adalah daerah penghasil minyak bumi paling utama di Pulau Jawa, terdapat di bagian timur Kabupaten Blora. Menurut cerita rakyat Blora berasal dari kata “belor” yang berarti lumpur, kemudian berkembang menjadi mbeloran yang akhirnya sampai sekarang lebih dikenal dengan nama Blora. Secara etimologi Blora berasal dari kata wai + lorah. Wai berarti air, dan Lorah berarti jurang atau tanah rendah. Dalam bahasa Jawa sering terjadi pergantian atau pertukaran huruf W dengan huruf B, tanpa menyebabkan perubahan arti kata. Jadi nama Blora berarti tanah rendah berair, ini dekat sekali dengan pengertian tanah berlumpur.

 

Batik Madura

Batik Madura adalah salah satu bentuk seni budaya, batik tulis Madura banyak diminati dan populer dengan konsumen lokal dan internasional. Dengan bentuk khas dan motif batik tulis Madura memiliki keunikan sendiri untuk konsumen. Gaya dan berbagai unik dan bebas, sifat pribadi produksinya dilakukan di unit, mereka masih mempertahankan produksi tradisional, yang ditulis dan diolah dengan cara tradisional.

 
 
Kebanyakan orang mengenal batik tulis Madura dengan karakter yang kuat, yang dicirikan oleh bebas, dengan warna yang berani (merah, kuning, hijau muda). Tapi jarang yang mengetahui bahwa batik Madura mungkin telah lebih dari seribu motif dan paling terkemuka di pasar batik di indonesia maupun mancanegara. Sejarah mencatat produsen batik Madura yang cukup terkenal. Apa yang membuatnya menjadi seperti itu, mungkin karena kedua komoditas tersebut merupakan bagian integral dari tradisi masyarakat mereka sendiri.
Pada dasaranya, Batik dengan berbagai bentuk dan pola, apakah itu batik Madura, batik pekalongan, batik Jawa, batik jogja, solo batik dan batik-batik daerah lain budaya tinggi adalah karya seni yang perlu dipertahankan, dilestarikan, dikembangkan sehingga menjadi aset berharga bangsa ini di mata internasional.
Di Pulau Madura sendiri sudah sejak lama dikenal sejumlah sentra kerajinan batik. Misalnya di Kabupaten Pamekasan, sejak jaman dulu banyak perajin dan pengusaha batik bermukin dan mengembangkan usaha batiknya di wilayah tersebut. Sampai saat ini Kabupaten Pamekasan dikenal sebagai salah satu sentra industri kerajinan Batik di Pulau Madura. Karena, dibandingkan dengan kabupaten-kabupten lain di Pulau Madura, Kabupaten Pamekasan inilah yang paling banyak dihuni para perajin dan pengusaha batik.

Tradisi mengenai kain batik yang tertanam cukup kuat di kalangan masyarakat Madura telah membuat budaya membatik dan memakai kain batik terpelihara dengan baik di kalangan mereka. Bahkan ketika kain batik belum sepopuler seperti dewasa ini, masyarakat Madura tetap memproduksi dan mengenakan pakaian batik, karena batik merupakan bagian dari adat dan budaya mereka sehari-hari. Kini ketika kain batik sudah begitu populer dan memasyarakat, para perajin dan pengusaha batik di Pulau Madura semakin bergairah dalam memprodusi kain batik. Dan salah satunya kayanabatik yang merupakan salah satu produsen batik yang selalu menghadirkan motif-motif terbaru dan batik tulis madura yang mudah di jangkau.
Batik Aceh




Motif batik Aceh rata-rata menampilkan unsur alam dan budaya dalam paduan warna-warna berani seperti merah, hijau, kuning, merah muda, dan sebagainya. Warna-warna berani pada batik Aceh inilah yang menjadi ciri khas batik Aceh.
Motif-motif pada batik Aceh umumnya melambangkan falsafah hidup masyarakatnya. Motif Pintu Aceh misalnya, menunjukkan ukuran tinggi pintu yang rendah. Kenyataannya, rumah adat Aceh memang berpintu rendah, namun di dalamnya memiliki ruangan yang lapang. Motif tolak angin menjadi perlambang banyaknya ventilasi udara di setiap rumah adat. Motif tersebut mengandung arti bahwa masyarakat Aceh cenderung mudah menerima perbedaan.
Selain motif-motif tersebut juga terdapat beragam motif dan corak khas Aceh yang indah dari batik Aceh, antara lain Pintu Aceh, Bungong Jeumpa, Awan Meucanek, Pucok Reubong, dan lain-lain.

Batik Toraja

Batik Toraja

Batik Toraja


Maka wajar bila perjalanan dalam rentang waktu yang cukup panjang, 15 abad, telah menjadikan batik sebagai satu wahana ungkapan dunia pikir atau kosmologi yang pernah hidup di suatu masyarakat. Lebih dari sekadar wahana ungkapan estetik belaka. Melalui batik, masyarakat mengungkapkan dunia pikir yang hidup pada zamannya yaitu meliputi kepercayaan, mitos, konsepsi penciptaan kehidupan, jagat raya, harmoni hidup, etika, adat istiadat, dan seterusnya.
Sedangkan di Sulawesi Tengah rata-rata mendatangkan bahan baku tekstil batik dari Jawa, namun pembuatan motifnya dilakukan oleh masyarakat pengrajin batik di Sulawesi Tengah tepatnya di kota Palu dan motifnya sesuai dengan ciri khas motif lokal Palu. Motif yang digunakan batik-batik di Sulawesi Tengah kebanyakan menggambarkan motif burung maleo, motif bunga merayap, motif resplang, motif ventilasi dan motif ukiran rumah adat Kaili ataupun motif bunga dan buah cengkeh.

MENGENAL BATIK YOGYAKARTA


MENGENAL BATIK YOGYAKARTA


batik yogyakarta-batik tambal
Seperti yang kita tahu, yogyakarta adalah salah satu sentra batik terkenal di daerah Jawa Tengah. Batik Yogyakarta pun sudah dikenal sejak lama. Ciri khas dari batik Yogyakarta adalah dari latar atau warna dasar kain. Warna dasar kain batik Jogja ada dua macam, yaitu warna putih dan hitam, sedangkan warna batik bisa berwarna putih, biru tua kehitaman, dan cokelat soga.
Batik Yogyakarta adalah salah satu dari batik Indonesia yang pada awalnya dibuat terbatas hanya untuk kalangan keluarga keraton saja. Setiap motif yang terwujud dalam goresan canting pada kain batik Yogyakarta adalah sarat akan makna, adalah cerita. Hal inilah yang membedakan batik Yogyakarta dengan batik-batik lain, yang menjaga batik Yogyakarta tetap memiliki eksklusifitas dari sebuah mahakarya seni dan budaya Indonesia.
Sebenarnya bagaimana sejarah dan motif dari batik Yogyakarta ini, mari tetap telusuri artikel berikut ini

Sejarah Batik Yogyakarta
Asal-usul pembatikan di daerah Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I dengan rajanya Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah di desa Plered. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga Keraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu.
Akibat dari peperangan waktu zaman dahulu baik antara keluarga raja-raja maupun antara penjajahan Belanda dahulu, maka banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi dan menetap di daerah-daerah baru antara lain ke Banyumas, Pekalongan, ke daerah Timur Ponorogo, Tulungagung dan sebagainya. Meluasnya daerah pembatikan ini sampai ke daerah-daerah itu menurut perkembangan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dimulai abad ke-18. Keluarga-keluarga Keraton yang mengungsi inilah yang mengembangkan pembatikan seluruh pelosok pulau Jawa yang ada sekarang dan berkembang menurut alam dan daerah baru itu.
Dari kerjaan-kerajaan di Yogyakarta sekitarnya abad 17, 18 dan 19, batik kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya sekadar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun perkembangan selanjutnya, oleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi perdagangan .

Motif batik Yogyakarta
Batik  Yogyakarta dibagi ke dalam beberapa kelompok motif, seperti motif bouquet, motif ceplok, motif kawung, motif kelir, motif lereng, motif nitik, motif parang, motif seling, motif sido luhur, motif sogan, motif truntum, motif tumpal, motif udan liris, motif wirasat. Untuk bahan kain, proses pembuatannya, dan jenis produknya di kelompokkan menjadi beberapa kelompok utama, diantaranya :
• Batik Cap
• Batik Cap Sutera
• Batik Tulis Kombinasi Cap
• Batik Tulis Sutera
• Blus Sutera
• Hem Batik
• Kemeja Batik
• Sarimbit
Motif batik klasik :
Motif Perang, Motif Geometri, Motif Banji, Motif Tumbuhan Menjalar, Motif Tumbuhan Air, Motif Bunga, Motif Satwa dalam alam kehidupan dan lain-lain
Ragam hias batik Yogyakarta ada yang geometris seperti lereng atau garis miring lerek, garis silang atau ceplok, kawung, anyaman, dan limaran. Ragam hias yang nongeometris seperti semen, lung-lungan, dan boketan. Ada juga ragam hias yang bersifat simbolis misalnya meru melambangkan gunung atau tanah (bumi), naga melambangkan air, burung melambangkan angin atau dunia atas, dan lain-lain. Ragam motif batik Yogyakarta sangat banyak dan semuanya sangat indah, mulai dari motif bunga, tumbuhan air, tumbuhan menjalar, satwa, dan lain-lain. Semuanya tertuang dengan indah dalam kain batik.

Batik Bentenan

Batik Bentenan

Batik Bentenan

Pemerintah di setiap provinsi yang berada di Sulawesi mewajibkan bagi para PNS mengenakan pakaian berbahan kain tradisional khas Sulawesi sekali dalam seminggu. Pakaian seragam yang dikenakan bisa berbahan kain batik maupun kain tenun khas Sulawesi. Selain itu, para pelajar juga diwajibkan untuk mengenakannya tiap hari Kamis.

Batik Sulawesi

Batik Sulawesi

Batik Sulawesi


Sebelum batik seperti yang sekarang dikenal ada, yaitu teknik menghias dengan menahan warna atau celup rintang memakai lilin malam, di Indonesia sudah dikenal batik dengan teknik lebih sederhana. Salah satu cikal bakal batik dapat ditelusuri dari Kain Sarita dari Tanah Toraja di Sulawesi Selatan yang memakai bubur ketan dan lilin lebah sebagai perintang warna.
Kain Sarita dari Toraja, Sulawesi Selatan, memakai teknik menahan warna selain memakai bubur ketan juga menggunakan bahan dari lilin lebah. Sarita pertama kali dikerjakan di daerah pegunungan yang terisolasi sehingga ada dugaan, Indonesia memiliki cikal bakal batik dari dalam wilayahnya sendiri.
Menurut TT Soerjanto, kurator pada Museum Batik Kuno Danar Hadi (Solo) dan juga mantan Kepala Balai Pengembangan Batik di Yogyakarta bahwa produk kain yang mengalami proses celup rintang ini dikenal sejak abad V di Tanah Toraja. Batik dalam bentuk yang lebih primitif justru sudah dimiliki oleh orang Toraja (Tana Toraja, Sulawesi Selatan).

motif batik bondowoso

 Bondowoso merupakan daerah yang termasuk wilayah Jawa Timur, Daerah ini memiliki seni batik yang tidak kalah uniknya dengan batik yang ada di daerah lainnya.
Batik bondowoso memiliki motif batik yang khas dengan corak atau motif yang berbeda dengan batik biasanya, yang mana terinsfirasi dari bentuk tanaman daun singkong dan daun tembakau yang membuat batik ini terlihat sangat istimewa.
Motif batik daun singkong dan daun tembakau tersebut merupakan motif batik yang cukup populer dari batik Bondowoso, sehingga banyak masyarakat yang menyebut batik ini dengan nama batik singkong Maesan atau batik Sumbersari. hal ini dikarenakan Maesan adalah nama sebuah kecamatan di Bondowoso dan Sumbersari merupakan nama sebuah desa di kecamatan Maesan sedangkan nama singkong adalah nama dari motif batik bondowoso yang banyak digemari.
Batik Bondowoso memiliki motif yang cukup beragam, tidak hanya motif-motif kuno saja tetapi ada juga batik kontemporer atau batik modern, selain bahan yang digunakan oleh para pengrajin juga cukup beragam dari mulai batik berbahan katun sampai batik berbahan sutera juga banyak di produksi oleh para pengrajin batik bondowoso.

Batik Pasuruan

 

Batik Pasuruan Kian Digandrungi
Kain batik yang diproduksi di Jl Bader No. 177 Kalirejo, Bangil, Pasuruan, kian digandrungi konsumen lokal maupun internasional. Ciri khas batik ini adalah penggunaan bahan organik untuk pewarna kain.
Sri Kholifah (47), pengrajin batik asal Pasuruan ini menjelaskan, batik produksinya menggunakan getah daun mangga, jolawe (sejenis rumput-rumputan), mahoni, kunyit, dan bahan-bahan dasar lainnya untuk pewarna batik produksinya.
Meskipun bahan dasarnya dari tumbuhan-tumbuhan organik, kain batik produksinya beraneka warna. Dari kuning keemasan hingga coklat tua, bahkan kebiru-biruan.
Untuk mendapatkan gradasi dan kedalaman warna, menurut Sri Kholifah atau yang lebih akrab dipanggil Ifa, tergantung proses fiksasinya (biasa disebut teknik pencelupan), menggunakan zat pengikat seperti kapur, tawas, atau batu tunjung.
Kain batik organik harganya menjadi lebih mahal, karena prosesnya menjadi lebih lama. Jika kain batik yang menggunakan pewarna kimia, sekitar dua pekan bisa selesai. Namun jika menggunakan pewarna organik, prosesnya bisa mencapai antara satu sampai dua bulan.
Kain batik organik harganya berkisar antara Rp. 400 Ribu hingga Rp. 4,5 Juta per lembar yang lebarnya 2,5 meter sampai 4,5 meter plus selendang. Tergantung motif serta kain yang digunakan, kain mori, sutera atau sutera ATBM (alat tenun bukan mesin). Konsumennnya, mulai dari warga sekitar Pasuruan, pejabat di pemerintahan, pengajar, hingga konsumen mancanegara.
“Di luar negeri, tekstil dengan pewarna kimia dilarang. Takut terkena kanker kulit. Jadi mereka lebih suka yang pakai pewarna organik. Back to nature katanya,” celetuk Ifa.
Menurut Ifa, kain batik bukan semata karya seni yang bernilai ekonomi saja, tapi juga ikut serta dalam melestarikan kebudayaan daerah melalui seni batik. Selain itu, hal yang sangat mendalam mengenai manfaat membatik memberikan ketenangan jiwa. “Jika kita meresapi filosofi batik, lekukannya, motifnya, tekniknya, kesabaran dalam prosesnya, ketenangan jiwa akan didapatkan,” terangnya.
“Itulah sebabnya kenapa kalau kita memakai batik akan keluar aura yang berbeda ketika kita memakai baju biasa. Membeli batik adalah membeli seni kebudayaan,” imbuhnya.
Ifah dalam mendisain motif batik selalu mengangkat potensi-potensi Pasuruan. Diantaranya, Sumirat Ambarwangi, kain batik dengan motif bunga sedap malam yang merupakan bunga ikon Pasuruan.
Batik Welirang Gondo Mukti, yaitu batik bermotif Gunung Welirang, kawasan wisata andalan Pasuruan. Batik Ciptaning Kusuma Wijaya, yakni batik bermotif Raja Airlangga yang sedang bersemedi di Gunung Arjuna.
Serta batik Wiyosing Widi, batik dengan motif bunga krisan, khas Nongkojajar, dan batik Husadaning Yekti, batik bermotif daun sirih, dan batik Jumputan pasir Bromo yang merupakan obyek wisata andalan Pasuruan, yang sekarang lagi membuming (terkenal) di kalangan remaja. Dan batik Sekar Jagat dengan motif aneka bunga, yang terakhir ini adalah motif Indonesia.

Batik Lampung

Batik Lampung


Mungkin lebih banyak orang mengenal Lampung dari kain tenun tapis-nya. Tapi jangan salah, Lampung juga memiliki batik dengan corak tersendiri. Batik ini lahir melalui proses panjang yang dilakukan oleh Andriand Damiri Sangadjie, seorang budayawan, bersama kawan-kawannya. Motif batik Lampung yang paling terkenal dan sering menjadi rebutan kolektor asing adalah motif perahu dan “pohon kehidupan”.
Ini adalah beberapa contoh motif dari batik Lampung:

Batik Situbondo



Batik Situbondo adalah Batik asli yang berasal dari kabupaten Situbondo. Motif batik ini kebanyakan bermotif kerang karena utara Kabupaten Situbondo ini terdapat pesisir. Sejarah batik telah sejak lama, banyak versi tentang keberadaan batik di Situbondo zaman dahulu. Mulai dari batik yang ada di desa Selowogo Kecamatan Bungatan, menurut penjelasan dari salah satu narasumber bahwa batik di Situbondo telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Batik di Situbondo sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970 atau sebelumnya, hal ini dapat dibuktikan dengan peninggalan kain batik yang ada di Desa Peleyan Kecamatan Kapongan (namun lebih dikenal dengan cotto'an). Namun seiring beberapa permasalahan yang terjadi, menyebabkan batik yang ada di Situbondo (dengan motif seperti motif madura) mati suri. Perkembangan Batik Khas Situbondo mulai dengan babak baru sejak tahun 1994 di Desa Selowogo Kecamatan Bungatan.Berikut sekilas sejarahnya.
Pembuatan seni batik di Situbondo diawali, dirancang dan dikerjakan oleh muda mudi yang tergabung dalam karang taruna TUNAS HARAPAN Desa Selowogo Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo pada dekade 1994 s/d 1999 yang pada saat itu dilatih oleh Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Situbondo. Nama Bujuk Lente diambil dari pembabat/pendiri Desa Selowogo. Namun dalam perkembangannya mengalami pasang surut. Hal ini dikarenakan adanya krisis ekonomi, modal kurang, dan bencana alam yang memusnahkan semua asset-asset perbatikan di Selowogo. Waktu terus berjalan seiring dengan perkembangan seni batik, sekarang ada suatu keinginan yang kuat dari pengerajin Batik Lente untuk mengembangkan kembali potensi yang ada di wilayah Selowogo, maupun kesempatan untuk mengembangkan khasanah seni di Situbondo dengan memunculkan motif khas Situbondo Hari Jadi Kabupaten Situbondo merupakan babak baru dalam sejarah perkembangan peradapan salah satu kota tapal kuda di Jawa Timur untuk mencari jati diri dan sebagai bentuk refleksi perkembangan Kabupaten Situbondo tentunya harus memilki ciri khas masyarakat Situbondo sebagai symbol social budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan agar dapat dikenal dalam kehidupan masyarakat. Secara geografis Kabupaten Situbondo berada di pesisir sebelah utara pulau Jawa yang wilayahnya dari ujung barat sampai timur memiliki pantai sepanjang 141 km, posisi Situbondo yang demikian memilki potensi kekayaan laut yang cukup melimpah yang dapat dijadikan sebagai asset dalam pencitraan diri baik potensi pengelolahan kekayaan yang ada di laut maupun keindahan panorama pantai sebagai daerah wisata bahari. Sebagai daerah wisata, Pemerintah Kabupaten Situbondo telah mengelola pantai Pasir Putih sebagai obyek wisata bahari yang sudah dikenal di dalam maupun di luar negeri. Selain keindahan pantai disana juga tersedia beberapa kerajianan yang berbahan baku dari kerang. Kerang merupakan kekayaan laut yang dapat dikembangkan dan memilki nilai seni yang cukup tinggi di tangan seniman masyarakat Situbondo, hal ini dibuktikan dengan kerajinan mereka yang dapat diopasarkan baik wilayah lokal sampai keluar negeri melalui pulau Dewata Bali. Kini kerang yang memiliki nilai seni yang tinggi kita sentuh kembali dan kita jadikan sebagai salah satu simbol kekayaan daerah, oleh karena itu untuk mengekspresikan kekayaan tersebut, kerang dibuat sebagai dasar motif batik yang nantinya akan menjadi ciri khas Batik Situbondo yang selama ini masih belum memiliki ciri khas. Pemilihan kerang sebagai motif Batik Situbondo sangatlah tepat karena daerah lain masih belum mengidentifikasi sebagai ciri khas daerah. Dengan memiliki ke khasan maka Kabupaten Situbondo akan lebih dikenal di luar daerah dan merupakan kekayaan budaya yang perlu dilestarikan.