Minggu, 01 Desember 2013

Batik Pasuruan

 

Batik Pasuruan Kian Digandrungi
Kain batik yang diproduksi di Jl Bader No. 177 Kalirejo, Bangil, Pasuruan, kian digandrungi konsumen lokal maupun internasional. Ciri khas batik ini adalah penggunaan bahan organik untuk pewarna kain.
Sri Kholifah (47), pengrajin batik asal Pasuruan ini menjelaskan, batik produksinya menggunakan getah daun mangga, jolawe (sejenis rumput-rumputan), mahoni, kunyit, dan bahan-bahan dasar lainnya untuk pewarna batik produksinya.
Meskipun bahan dasarnya dari tumbuhan-tumbuhan organik, kain batik produksinya beraneka warna. Dari kuning keemasan hingga coklat tua, bahkan kebiru-biruan.
Untuk mendapatkan gradasi dan kedalaman warna, menurut Sri Kholifah atau yang lebih akrab dipanggil Ifa, tergantung proses fiksasinya (biasa disebut teknik pencelupan), menggunakan zat pengikat seperti kapur, tawas, atau batu tunjung.
Kain batik organik harganya menjadi lebih mahal, karena prosesnya menjadi lebih lama. Jika kain batik yang menggunakan pewarna kimia, sekitar dua pekan bisa selesai. Namun jika menggunakan pewarna organik, prosesnya bisa mencapai antara satu sampai dua bulan.
Kain batik organik harganya berkisar antara Rp. 400 Ribu hingga Rp. 4,5 Juta per lembar yang lebarnya 2,5 meter sampai 4,5 meter plus selendang. Tergantung motif serta kain yang digunakan, kain mori, sutera atau sutera ATBM (alat tenun bukan mesin). Konsumennnya, mulai dari warga sekitar Pasuruan, pejabat di pemerintahan, pengajar, hingga konsumen mancanegara.
“Di luar negeri, tekstil dengan pewarna kimia dilarang. Takut terkena kanker kulit. Jadi mereka lebih suka yang pakai pewarna organik. Back to nature katanya,” celetuk Ifa.
Menurut Ifa, kain batik bukan semata karya seni yang bernilai ekonomi saja, tapi juga ikut serta dalam melestarikan kebudayaan daerah melalui seni batik. Selain itu, hal yang sangat mendalam mengenai manfaat membatik memberikan ketenangan jiwa. “Jika kita meresapi filosofi batik, lekukannya, motifnya, tekniknya, kesabaran dalam prosesnya, ketenangan jiwa akan didapatkan,” terangnya.
“Itulah sebabnya kenapa kalau kita memakai batik akan keluar aura yang berbeda ketika kita memakai baju biasa. Membeli batik adalah membeli seni kebudayaan,” imbuhnya.
Ifah dalam mendisain motif batik selalu mengangkat potensi-potensi Pasuruan. Diantaranya, Sumirat Ambarwangi, kain batik dengan motif bunga sedap malam yang merupakan bunga ikon Pasuruan.
Batik Welirang Gondo Mukti, yaitu batik bermotif Gunung Welirang, kawasan wisata andalan Pasuruan. Batik Ciptaning Kusuma Wijaya, yakni batik bermotif Raja Airlangga yang sedang bersemedi di Gunung Arjuna.
Serta batik Wiyosing Widi, batik dengan motif bunga krisan, khas Nongkojajar, dan batik Husadaning Yekti, batik bermotif daun sirih, dan batik Jumputan pasir Bromo yang merupakan obyek wisata andalan Pasuruan, yang sekarang lagi membuming (terkenal) di kalangan remaja. Dan batik Sekar Jagat dengan motif aneka bunga, yang terakhir ini adalah motif Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar